Oleh : Aisyah Asafid Abdullah
Sudah Sembilanbelas tahun ia membungkus dalam dasar hatinya, meski sudah ia letakan dalam dasar hatinyaa sesekali terpecah hanya karena sebuah senyuman dari wajah ayu Rose, adiknya. Rose begitu mirip dengan ibu. Ibunya telah tiada saat beradu nyawa mengeluarkan si jabang bayi, Rose adiknya.Setiap melihat senyum Rose ia tak kuasa menahan pilu, hatinya bedesir kencang. Matanya akan lunak dan mengandung air, ia begitu merindukan ibunya. Celakanya, kini kembali duka bersemayam dalam hatinya, luka Sembilan belas tahun yang lalu masih terenyuh diusianya dua puluh enam tahun. Kini ia harus menerima kepergian ayahnya yang sangat mendadak.
Ayahnya meninggal dunia karena sakit jantung, ia ingat betul pagi itu sebelum berangkat bekerja ayahnya masih minta dibuatkan kopi. Sore harinya, ia mendapatkan kabar ayahnya jatuh sakit dan ketika sampai rumah bendera kuning sudah tertanam dibuah jambu depan rumah.Luka yang lalu masih bersemayam, ia kembali dirundung duka atas kepergian ayahnya yang terserang jatung. Meskipun itu terjadi sudah sebelas bulan yang lalu. Namun ini menambah kepedihanya, jika ia ingat dengan keinginan ayahnya agar ia mengenakan jilbab, namun ia menolak ayahnya tersebut dengan alasan tuntutan pekerjaan.
Jasmine, ia kakak perempuan Rose. Seorang kakak yang baik dan begitu menyayangi adiknya. Jasmine perempuan yang berparas cantik, tinggi, berkulit coklat dan berhidung mancung.“Ayah, apakah engkau ingat ? apa yang engkau katakan terhadapku? sesuatu yang menurutku berharga namun banyak orang yang menyepelekanya yaitu kewajiban menutup aurat. Kini engkau telah tiada, aku yakin disurga engkau melihatku, mengulurkan jilbab.” Jasmine membatin dalam kamar.
Hari ini ia memutuskan berjilbab setelah sekian bulan menundanya. Ia kira itu hanya keinginan ayahnya saja. Tetapi ia baru mengerti bahwa berjilbab adalah kewajiban seorang Muslimah. Didalam kamar ia membongkar baju, memilih-memilih baju yang tidak sepatutnya dipakai, dipacking ke dalam kardus bekas, untuk diberikan orang yang membutuhkan. Tiba-tiba Rose mengagetkannya.“Kak Jasmine ngapain?, bajunnya dimasukin kardus kayak orang mau mudik aja!” celoteh Rose.“Mau dikasih orang Rose.” Jasmine sambil melipat baju-bajunya.“Buat Rose aja kak, kan masih bagus-bagus, yah kak?” Rose merangkul merayu pada Jasmine.Jasmine tidak bisa menolak permintaan adik kesayangnya, Rose.“Ya sudah tapi baju yang terbuka hanya dipakai dirumah yah!” Jasmine membolehkan.“Iyah kakaku sayang.” Rose tersenyum pada Jasmine.Rose, adik Jasmine berparas cantik, kulit putih, hidung mancung, rambut kriting pirang, meskipun keduanya keturunan Indo-Belanda, namun Rose lebih terlihat seperti bule, berbeda dengan Jasmine kulitnya lebih mirip ayahnya.Rose baru saja masuk universitas tahun ini, ia sedang menyelami bagaimana dunia kampus. Sedangkan Jasmine, baru satu tahun lebih empat bulan menjadi suster di salah satu Rumah Sakit Swasta Elite di Jakarta. Di rumah sakit ia tidak diperbolehkan memakai jilbab. Namun ia menyakinkan hatinya hari ini untuk berjilbab, dan ia menyakinkan dirinya semuanya akan baik-baik saja. Rose juga tidak tahu menahu rencana kakaknya memutuskan memakai jilbab.
Pagi-pagi sekali Jasmine berangkat bekerja. Hari pertama ia memakai jilbab berwarna hijau muda, mempadu padankan dengan seragam kerja. Saat sampai di rumah sakit, pelan-pelan ia memasuki ruang kerja, hari ini ia menggantikan temannya yang mendapat shift malam. Ia berusaha bersikap biasa saja, karna menurutnya keputusannya memakai jilbab hal yang wajar ia lakukan.Saat itu, ia memulai menyapa teman kerjanya, namun sapaanya tak disambut dengan kata. Hanya muka masam yang terpampang dalam wajah temannya. Mereka berubah hanya dalam sehari seperti musuh. Semua temanya menganggap Jasmine tidak ada dalam rumah sakit. Hanya mata mereka yang menyorotkan bahwa Jasmine sudah melakukan kesalahan besar. Hari itu rasanya lama sekali, ia tidak pernah membayangkan bahwa dihari pertamanya ia memakai jilbab, akan seburuk ini. Meski hari pertama begitu buruk namun ia pantang menyerah, hatinya seperti terbalut baja ingin berhijab.Dihari kedua ia bekerja seperti tidak ada masalah, ia memakai jilbab ungu karena seragam yang dikenakannya berwarna ungu. Keadaan pun masih seperti kemarin hari terasa panjang. Teman-temanya masih memperlakukan keberadaanya tak ada. Ia tidak bisa diterima, sekalipun temannya seorang muslim. Meski begitu, ia masih memasang baja untuk menguatkan hatinya.
“Benar-benar miris, tidaklah mimpi menjadi nyata, ciptakan sebuah senyuman tanda lingkaran kebahagian karna satu, memberi. Bukan mulai pudar tapi benar-benar hilang dari diri seorang muslim.” Jasmine dalam hati.
Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, waktunya ia pulang. Tiba-tiba salah satu teman akrabnya, Fanni memberitahu, bahwa besok ia sudah digantikan dengan suster yang lain, atas pengunduran dirinya. Mendengar temannya, ia menangis lalu ia bicara dengan suara terbata-bata“Hebat sekali mereka dengan membuat topeng aku mengundurkan diri, padahal memecat karyawan hanya karena mengenakan jilbab, ingat itu adalah pelanggaran HAM dengan liciknya mereka bilang aku mengundurkan diri, ini sungguh tak adil.” Jasmine menitihkan air mata.“Maafkan aku, Jas!, aku hanya menyampaikan apa yang di perintahkan, jika tidak…,” Fanni dengan suara menggantung.“Aku mengerti fan, pesanku larilah secepatnya buatlah tentang kebenaran, meski untuk sendiri fan..kau mengerti ?” Jasmine sambil mengusap air matanya.Mendengar Jasmine, Fanni diam tak berbicara apa-apa seperti ada yang dipikirkan, lalu Jasmine pergi begitu saja.Selain Fanni, semua wajah temannya terlihat mengasihani, mereka diam tak bicara apa-apa, keberadaan mereka memang sulit antara kebenaran dan kebutuhaan. Dua hal yang membuat mereka bingung untuk memutuskan.Begitu sampai rumah, Jasmine mencari Rose memanggil-manggil adiknya. Namun adiknya tak menyahuti. Jasmine ke kamar Rose, ia tak menemukannya. Lalu ia melihat HPnya namun tidak ada sms maupun panggilan tidak terjawab dari Rose. Akhirnya ia mencoba menghubungi Rose tapi nomornya tidak aktif. Lalu ia menghubungi teman-teman adiknya, mereka bilang selesai kuliah jam dua dan Rose langsung pulang. Jasmine bingung harus menayakan adiknya kemana, lalu ia ingat…“Astagfirullahaladzim, malam ini malam minggu pasti ia pergi dengan Bany.”Lalu Jasmine menghubungi Bany, namun beberapa kali menelpon tidak diangkat. Jasmine kesal menghentak-hentakan kakinya, sudah malam adiknya belum pulang. Ia mondar-mandir diberanda rumah, sudah jam sebelas Rose belum datang juga. Karena diluar, angin cukup kencang maka Jasmine masuk. Dan menunggu Rose di ruang tamu sampai ia tertidur di sofa.Pukul satu kurang sedikit, tiba-tiba ada suara yang membuka pintu, Jasmine pun terbangun“Dari mana kamu Rose!, jam segini baru pulang?” Jasmine marah.“Habis pergi kak dengan Bany!” jawab Rose.“Seharusnya kamu pulang dulu Ros, tidak langsung pergi begitu saja, kamu tidak memberi kabar, membuat kakak khawatir saja!”Jasmine dengan nada sedikit keras.“HPku lobet kak, kalau pulang dulu ga keburu lagian kakak juga belum pulang kerja, jadi rose langsung pergi!!” Rose membela dengan membentak.“Alasan saja..!!, bukannya kamu pergi sudah direncanakan, buktinya baju kamu ganti!! kakak kan sudah bilang Rose..!! kalau keluar rumah jangan memakai baju yang terbuka apalagi kamu pergi dengan lelaki..!!” Jasmine kesal.
Lalu Rose pergi ke kamar begitu saja, membanting pintu dan menguncinya, Jasmine bertambah kesal, melihat tingkah adiknya, lalu ia memukul pintu kamar Rose,“Rosss…!!” Jasmine teriak.“Bukain pintunya!!, bukain Ros..!!”..Jasmine benar-benar marah melihat tingkah laku adiknya.
Ia tidak bisa mengendalikan emosinya melihat adik kesayangannya berubah. Dengan sisa tenaga dan kerapuhan yang ia miliki, ia masih berteriak meminta adiknya untuk membukakan pintu.“Bukain pintunya Ros ..!, Kakak tidak pernah melarangmu pergi dengan siapapun..!!, tapi kamu seorang gadis, harus bisa jaga diri, ingat waktu, bukan begini, Rose.. !!” Jasmine teriak menasehati di balik pintu kamar Rose.Namun Rose mengacuhkan kakaknya, ia malah menyalakan tv dengan volume yang besar. Jasmine yang mendengar suara tv dari luar, ia menangis. Pada akhirnya ia mengalah dan memilih beristirahat, karena waktu sudah menunjukan jam dua lebih sedikit.*****Selepas pulang menonton dengan Bany, Rose yang masih memakai sepatu casual membantingkan badannya ke kasur lalu dilempar tas hitam favoritnya ke meja. Tiba-tiba HPnya berdering-dering, tangannya merogoh, meraba raba dalam tas mencari HPnya. Hap, tangannya mendapati HPnya. Sms dari Bany.Dengan mata mengantuk, Rose masih bisa membaca sms dari Bany.“Selamat tidur sayang, besok siang kamu harus datang ke bandara ya, aku ingin melihat kamu terakhir kalinya, okey, have nice dream…”
Dengan nafas yang terengah-engah ia bangun, matanya celingukan mengelilingi kamar tidurnya.“Aku bermimpi apa..?, kenapa aku begitu ketakutan…!” Rose dalam hati ia tidak ingat mimpinya.
Waktu menunjukan jam setengah setengah lima kurang sedikit, lalu Rose kembali tertidur. ia menyelimutkan seluruh badannya.“Terbaring dalam ruang gelap, ruang yang menakutkan, ruang yang seperti manusia, dapat bergerak menghimpit kearah kepalaku, perlahan lahan aku hancur, tulangku patah, oo..betapa sakitnya, aku ketakutan, menjerit meminta tolong, meronta-ronta, namun apa daya, tak ada yang dapat menolongku, ruang ini tetap menghimpitku, sampai setengah badanku remuk namunaku masih sadar dengan sakit yang luar biasa, aku menjerit, “Tidak perutku…!”, “ahhh tidak!”“Tidak…..!!” Rose kembali terbangun dari tidurnya.
Ia terbangun kembali pada waktu jam enam pagi lebih seperempat,“Kenapa tidurku tidak begitu nyenyak..?” ia masih tidak ingat dengan mimpinya
Karena merasa gerah ia, melempar selimutnya dengan tangannya, lalu didorong dengan kaki kirinya, lalu ia kembali tertidur..“Diruang gelap aku masih terbaring, ruanganya sempit, bergerak menghimpitku, lebih dari setengah badanku sudah remuk, namun ruang ini tetap tak mau diam, tetap bergerak kearah kepalaku, perlahan remukan kepalaku, “Ooh betapa sakitnya..!”“kenapa..?Kubisa bertahan tanpa jasadku, namun rasa sakit yang luar biasa, tidak mau mati, tiba-tiba aku akan kembali dengan badan seutuhnya, dan ruang ini akan bergerak menghimpitku, menghancurkanku sampai remuk lebur, begitu berulang-ulang begitu menakutkan, seseorang yang tak kukenal yang mengantarku ke ruang menakutkan, ia tertawa melihatku kesakitan, “Ooh.teganya..!”, aku seperti mengenali tertawaanya namun mataku tak mampu melihatnya, karena ruang yang begitu gelap, tiba-tiba..ada cahaya yang menyilaukan mataku,begitu terang benderang, sekejap namun kubisa melihat orang itu, meski sekilas namun cukup jelas“Bany..!”Seorang yang selama ini aku kira peduli, ia membawaku ke tempat yang menakutkan ini, sungguh kuingin memarahinya tapi apa daya, mulut ini begitu kelu, tak terucap, kata apa pun, hanya bibir yang bergetar-getar..,lalu mata ini melihat jauh ke ruang yang begitu indah, terang, aku melihat seorang perempuan cantik berjilbab berwarna merah caba, ia tersenyum kepadaku,memanggilku.. “Rose…!”memanggil namakku, aku ingin membalas senyumnya namun bibir ini tak mampu torehkan senyuman, hanya menangis melihatnya tersenyum, sepertinya ia kenaliku karena ia tahu namaku, wajahnya pun tidak asing dimataku, tapi aku lupa, siapa ia,aku benar benar tak cukup mampu untuk mengingatnya..”
Silau matahari mulai memasuki ruang kamar Rose, tak lama kemudian jam weker berdering membangunkan Rose dari mimpi buruknya, lalu ia mengintip langit-langit kamarnya. Tangannya mencari weker yang mengagetkanya lalu ia offkan, sudah jam delapan.“Mimpi apa aku semalam, sampai menangis....!” sambil mengingat-ingat.
“Tumben kakak tidak membangunkanku, apa ia masih marah…?” Rose menduga-duga.
Rose mencari kakaknya tapi ia tidak menemukanya, ia tahu kakaknya pergi marathon karena hari minggu. Tapi biasanya kakaknya sudah pulang dan sudah menyiapkan sarapan untuknya. Namun sudah jam Sembilan kakaknya belum pulang juga.
Pagi itu tidak begitu cerah, bisa dikatakan sedikit mendung.“Kak Jasmine pasti marah, karena itu ia tidak menyiapkan sarapan seperti biasa…!” Pikir Rose“Tetapi kakak bukan tipe orang seperti itu…” Pikir ulang Rose.Rose lebih memilih diam dirumah, meskipun ia sudah janji datang ke bandara untuk menemui pacarnya. Karena ia takut kakaknya bertambah kesal, jika ia tidak ada dirumah. Meskipun tiap kali bersitegang dengan kakaknya, baru kali ini Rose merasa tidak enak, suasana hatinya tidak tenang. Ia dirumah hanya sendirian, ia cemas biasanya kakaknya kalau marah tidak seperti ini.Akhirnya ia menelpon ke nomor kakaknya, tapi hp kakaknya tidak dibawa.“Apa mungkin ia masuk kerja..?” Pikir Rose.“Tapi kakak, kalau hari minggu selalu masuk shift malam…!” Pikir ulang Rose.Ia semakin cemas saja, akhirnya ia memutuskan untuk menelpon kantor kakaknya.“Hallo..!” Rose“RS. ADELLA, bisa saya bantu..?” Pihak rumah sakit.“Iya, apakah Jasmine Adrian masuk bekerja..?” Rose menanyakan.“Maaf, Saudara Jasmine Adrian sudah tidak bekerja di sini lagi, kemarin ia mengundurkan diri…” jawab pihak RS.“Apa..!!” Rose kaget.“Maaf kalau boleh tahu, kenapa ia mengundurkan diri..?” Rose penasaran.“Saya kurang tahu, sebaiknya anda bertanya langsung kepada saudara Jasmine..!” Jawab Pihak RS“Baik, terima kasih..” Rose menutup teleponyaLalu ia mencari kakaknya ketempat yang sering Jasmine kunjungi. Taman dekat rumah, perpusatkaan masjid dekat rumah namun ia tidak menemukan kakaknya.
“Pagi yang mencekam, sungguh dunia ini memelukku erat, beri berita ada sesuatu menimpa kakakku, aku berjalan di sepanjang jalan menyelusuri, mencari-cari kakakku, aku tertunduk, sesekali melihat orang-orang di sekelilingku, mereka tersenyum ,tapi aku tak peduli, aku merasa mereka tidak tersenyum. uuuhh aku melamun, dan masih banyak lagi mata yang melihatku berjalan, dan sesuatu yang mengganggu pikiran ,menemaniku. di sepanjang jalan. Ya, mimpi yang mengerikan semalam, masih bermain di pikirankuku, sambil merogoh kantong , mimpi itu masih tetap bermain di pikiran” Batin Rose.
Pikirannya lalu lalang meskipun banyak mata melihatnya, ia tak menghiraukanya, hatinya terbalut ketakutan antara mencari kakaknya Jasmine dan mimpi semalam seperti ada keterkaitan. “Geulis pisan non..!”satu dari seribu mata itu melemparkan mulutnya memuji Rose. Ia tersenyum, sambil merogoh kantong jaket hitamnya, ia masih terhanyut dan hampir tenggelam oleh mimpinya semalam, otaknya dikuasi, gunda gulana.Ia masih berjalan menyusuri mencari Jasmine, mencari ke pasar dekat rumahnya.“jleb…!”, bau busuk itu menusuk hidung Rose hingga masuk perutnya yang belum terisi.
Dan, ia melihat seorang perempuan tersenyum, perempuan itu memakai jilbab berwarana putih, ia melihat dari kejauhan, siapa dia, lalu “Rose…!” ia teriak “kak Jasmine..”, Jasmine memakai jilbab, Rose bingung.., “semenjak kapan kakaku memakai jilbab..?”Tanya dalam hati, lalu Jasmine tersenyum, melihat senyuman kakaknya ia merasa sejuk sekali, Jasmine lari menghampiri Rose sambil membawa kantong plastik hitam, Rose merasa seperti diputar, kakaknya mirip perempuan cantik dalam mimpinya semalam.Lalu, Ia melihat motor kencang dari arah kanan, “kak…!!!’ teriak Rose dengan kencang, “awas motor kak..!!!” teriakan Rose melengking dan motor itu tepat menghantam tubuh kakaknya.“tidakk….!!!”, kejadiaan itu begitu cepat.Tubuh Jasmine terpental beberapa meter, kepalanya mengantam aspal. Melihat kakaknya tak berdaya, Rose menjerit-jerit tubuhnya lemas.“Panggil ambulance, bawa kerumah sakit..!” Satu dari yang menolong berteriak.“Tubuhnya tidak ada luka yang serius, aku yakin kakak baik-baik saja…” Rose sambil mengusap air mata dengan lengan jaketnya.Namun, dibalik kepala Jasmine darah mengalir seperti air, melumuri wajahnya yang bercahaya. Jilbab putihnya pun berubah warna menjadi merah cabai. Kantong plastik hitam yang ia bawa berceceran berisi nasi uduk dan dua buah jilbab. Tangannya masih bergerak-gerak, Rose hanya bisa menangis, hatinya hancur melihat kakaknya tidak berdaya.“Astagfirullah, rasa ini sama seperti rasa ku bermimpi semalam, perempuan cantik berjilbab merah cabai di mimpiku itu kakakku…” Rose membatin sambil menangis.
*****
“Maaf, kami sudah berusaha, kakak kamu tidak bisa tertolong, karena hantaman aspal, tepat di bagian otak dan membuat saraf pokoknya hancur” Dokter sedikit menyesal.Hati Rose seperti terbakar mendengar, apa yang dikatakan dokter. Tubuhnya semakin lemas, sambil menangis penuh sesal.seminggu setelah kematian Jasmine, malam-malam ada yang mengetuk pintu. Ternyata Fanni teman kerja Jasmine. Ia datang dengan keadaan yang berbeda, Fanni tampak mengenakan jilbab. Ia datang ikut turut berduka atas kematian jasmine. Dan hal yang mengagetkan, ketika Fanni mengatakan salah satu kebenaran Jasmine ke pada Rose.“Sebenarnya kakakmu, bukan mengundurkan diri tapi ia dipecat karena berjilbab, ini kebenaran kakakmu Rose..!!, terakhir kali ia katakan padaku, pesannya, larilah secepatnya buatlah tentang kebenaran, meski untuk sendiri….!”Fanni menitihkan air mata.
*****
Setelah kematian kakaknya, banyak sesuatu yang terjadi pada Rose. Termasuk pada perubahan spiritualnya. Sekarang ia memakai jilbab, lebih banyak diam, dan ramah pada semua orang, tidak seperti sebelumnya ia tipe orang yang ceria, dan pemilih teman. Meski begitu, teman gengnya tidak bisa menerima Rose lagi. Karena hanya Rose memakai Jilbab yang syari, menurut mereka Rose yang dulu modis, famous tapi sekarang gayanya seperti ibu-ibu mau pengajian. Dengan jilbab semampai pinggang, baju dan rok yang lebar dan telapak kakinya terbalut kaos kaki. Sungguh pemandangan yang sangat aneh di mata teman-temannya.
Selain penampilan barunya, masih banyak hal yang membicarakan Rose dengan kalimat yang tidak mengenakan hatinya. Namun ia lebih memilih diam tidak banyak bicara, saat teman-temannya mengomentari perubahaannya. Dengan sikap cueknya jika ada seseorang menjuri menimpahkan penilaian yang buruk tentang sikapnya, ia segera singkapkan mulut dan hatinya akan bicara.“Tuhanku jangan beri aku celah ‘tuk katakan kata jalang, meski kuterlempar, meski kumenelan kepahitan..berilah aku penompang segala kesakitan hingga tersirat lengkukan senyum keikhlasan..,kepada siapapun, kepada siapapun..” Rose bersenandung dalam hati.Rose tidak akan mengatakan banyak hal kepada mereka. Ia hanya bisa tersenyum meski dalam hati menangis. Ia tidak menyesali jalan hidup yang ia pilih, karna ia masih mencari jati diri, mencari seberkas cahaya, sejengkal demi sejengkal, dan berharap sampai pada cahaya yang ia harapkan.
*****“
Ditempatku berpijak Engkau mengingatkan dengan panas-Mu. Meski begitu, Engkau memberiku semilir angin mengibarkan jilbab panjangku. Kudengar jua shalawat merdu yang terucap dari bibir hamba-hamba-Mu, menambah kesegaran dihati yang panas . Engkau maha adil, kenapa aku selalu mengeluh karna-Mu pilih kasih.”
Rose selepas shalat dzuhur di musholla kampus, duduk sambil memegang HPnya yang sedikit basah karna tangannya berkeringat. Ia terdiam, mengela nafas dengan kasar, “Hahhh..!.”
Ia memikirkan sesuatu bagaimana ia menjelaskan semuanya dengan Bany. Karena ia takut mendzolimi seseorang yang sudah berkomitmen hampir 2 tahun.“ya Allah begitu cemburunya Engkau membuatku seperti ini, kini aku sungguh mencintai-Mu lebih dari apa pun. Tapi aku takut mendzolimi seseorang yang aku pedulikan, seseorang yang sering mengingatkanku lima waktu untuk menemui-Mu, ketika khilafku melonglong hatiku,meremukan iman, aku tidak mengeluh karna cahaya-Mu datang hari ini, tapi hatiku sungguh tak enak -seperti menduakan-Mu, menyakiti-Mu sepanjang perjalananku dengan ia, ia yang kudewakan atas nama cinta. Ya Allah, ampuni aku…” Rose dengan kedua mata berkaca. Ia masih duduk dan terdiam di tempat yang sama, masih memikirkan Bany. Ia tidak akan bertahan dengan diam, diamnya hanya akan menyakiti Bany. Ia bingung, bagaimana ia menjelaskan kepada Bany tentang jilbab seumur jagungnya. Akhirnya ia memutuskan untuk membalas sms Bany. Setelah memilih diam selama hampir setengah tahun, semenjak kematian Jasmine.“Bismillahirahman ni rahim..ya Allah beri aku kekuatan.” Ia mengetik sms dengan tangan bergetar dan basah karena keringat dan bercampur air mata, Lalu diketiknya sms untuk Bany.“ Maafkan aku Ban, aku tidak membalas sms dan emailmu karena ada sesuatu hal yang tidak dapat kutinggalkan. Maafkan aku tlah membuatmu khawatir, aku disini baik baik saja. Aku harap kamu bisa menyelesaikan studymu dengan baik, Aku minta kamu tidak berharap aku menunggumu sampai kau datang, karna hati ini cukup lelah menunggu dan memikirkanmu.” Sms Rose.
Tidak lama Bany langsung menelpon. Rose tidak mengangkatnya, sampai beberapa kali menelpon, Rose tetap tidak mengangkatnya, lalu Bany sms.“Kamu datang begitu saja dengan sms yang tidak mengenakan, apa yang terjadi sayang, ceritahlah..?.” Sms Bany.Namun Rose tidak mempedulikan sms Bany, ia memutuskan untuk mengganti nomor ponselnya. Dear Diary : “Ingin ku menumpahkan rasaku hari ini dengan berfikir panjang, bagaimana jika kamu tahu hal ini, akhirnya kuputusakan untuk diam dan menulisnya untukmu, mungkin suatu saat kau membacanya, bisa juga tidak, karna aku tak tahu kesibukanmu berakhir sampai kapan dan juga aku tak tahu, setelah kau menyelesaikannya, apakah kau belum mempunyai cinta atau tidak.
Jika ku lihat, kau belum mempunyai cinta, berarti Allah menakdirkan diantara kita untuk membincangkan tentang perasaan lebih tepatnya bisa dikatakan, kesempatan..!, dihari itu aku akan membeberkanya bagaimana aku, kepadamuAku tidak ingin kau menunggu, jadi biarlah rasa ini kusimpan sampai waktu itu tiba, jika kau telah bersama seseorang, sudah mempunyai cintA, perasaan ini akan ku kemas rapat-rapat berendingkan cinta yang tak tersampaikan…Lebih baik seperti ini, yang tersakiti hanya aku dari pada kita saling mengharapkan tapi pada akhirnya tidak ada kenyataan yang terjadi, sungguh rasanya sakit sekali, aku yakin kau mengerti keputusanku, karena kau pria yang baik..”( Mencintai Dalam Diam)
*****
Setelah hampir ia melupakan kejadian itu ia menemui sesuatu yang diluar dugaanya, ia sudah dua bulan berhenti kuliah, bukan mahasiswa lagi. Segala harta yang ditinggalkan keluarganya habis untuk biaya dan sehari-harinya selama dua tahun semenjak kakaknya meninggal. Kini, Rose bekerja menjadi guru di salah satu Sekolah Dasar swasta di Jakarta, dan ia tinggal disebuah kontrakan yang kecil.
Meskipun keadaanya sudah berbeda hati Rose jauh lebih tenang, dengan keadaan sekarang ini. Pelajaran hidup yang berharga sudah banyak ia ambil dari kehilangan orang tua dan kakaknya. Ia melamun, perjalanannya masih panjang, ia baru berusia 21 tahun. Ia melihat kalender yang menempel di dingding.“Bulan Agustus, bukankah Bany sudah pulang akhir April kemarin.”pikir Rose“Jika ia mencintaiku, kenapa ia tidak mencariku, apakah ia terlalu sakit hati karena aku bersikap seperti itu…” Rose menduga-duga.
Setelah melihat kalender ia langsung bergegas menuju taman dekat rumahnya dulu. Ditempat itulah ia selalu bertemu dengan Bany. Malam-malam gelap berganti pagi-pagi menyegarkanMenunggu matahari, sampai ia tak datang lagimenunggu hujan, sampai ia tak bergermecik lagiMenunggu rembulan, sampai ia bosan menemui malamMenunggu bintang-bintang, sampai ia tak lagi berkelipMenunggu daun tubuh kembali, sampai ia gugur bertebaran..Menunggu angin sampai ia tak kuasa beri kesegaran…Menunggu bunga mekar sekejap layu, lalu punahMenunggu, aku akan menunggumu laiknya semua itu
Rose duduk ditempat biasa ia duduk bersama Bany dulu. Tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkannya . Berbadan tinggi, tegap, berkulit putih, rambut hitam pekat model ABRI.“Bany…?” Rose menangkap sosok yang berada di depannya “Kamu Rose..?”Bany mengenal wajah itu tapi tak merasa yakin melihat perubahan drastis kekasihnya dulu.
“Sudah dua bulan aku kerap ke taman ini, namun tidak pernah melihatmu, aku kira,aku tidak akan pernah bertemu kamu lagi…” Bany memancarkan kebahagian“Maafkan aku Ban, sesuatu terjadi pada kakakku…” Rose menangis
“Cukup, aku sudah mengetahuinya Rose…” Bany menegaskan sambil meraih tangan Rose.Lalu Rose langsung singkapkan tangannya.“Baik aku mengerti Rose…” Bany hanya menguji apa yang dikatakan orang-orang tentang perubahaan Rose yang tak mau bersentuhan secara sengaja dengan pria Rose terdiam seribu bahasa.
“Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan padamu Rose..” Bany dengan sedikit gugup namun begitu menyakinkan.
“Apa Ban…” Rose penasaran“Apakah kau bersedia menjadi isteriku..”Bany meminta penuh harap dan cemas.
Mendengar Bany, hatinya mengembang, menelan ludah, menahan airmata, ternyata lelaki yang selama ini yang ia cintai, lelaki yang baik, yang dapat menerimanya dalam keadaan apapun.
“Ia Ban, aku mau menjadi isterimu..” Rose dengan mata berkaca-kaca menahan tangis kebahagianMendengar jawaban dari Rose, Bany senang.
“Tapi ada satu syarat Rose, yang kuminta darimu..” Bany tersenyum tipis“Apa..!” Rose sedikit ketakutan mendengar ternyata ada syarat dibalik itu.
“Jangan Panggil aku Bany lagi, Aku sudah menjadi calon suamimu, panggil saja Mas.” Bany tersenyum sedikit mengoda“Baik, mas.” Rose tersenyum malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar