Sabtu, 14 Maret 2015

SAVE

by Shafiqah Adia Treest






Menunggu memang hal yang sangat membosankan. Namun, entah mengapa aku tak pernah merasa jenuh menunggumu di sini. Sebuah kata sakti yang bisa mengubah dunia menjadi surga. Membuatku terhipnotis dengan segala tindak tandukmu yang selalu membuatku tersenyum manis. Merindu, itulah yang tengah kurasakan kini. Perasaan dan logika memang tidak pernah bisa dimengerti karena selama ini logika yang kau punya dan perasaanlah yang selalu kurasa.
Kau selalu mengatakan bahwa perpisahan kita bukanlah akhir dari segalanya. Pergi begitu saja menjadi pilihanmu di saat aku tengah menata impian untuk hidup bersamamu. Kau benar, bahwa aku harus banyak belajar … tentang rasa, tentang cinta dan tentang apa adanya …
Pergi bukan karena benci, tapi berlalu untuk terus menyimpan rindu … itulah kata terakhirmu … kepadaku …

***

Kuamati sekelilingku. Mereka butuh jawabanku secepatnya. Ini memang tidak mudah. Keputusanku ini nantinya bisa jadi penentu hidup seseorang. Aku berpikir sejenak. Menimbang segala kemungkinan yang akan terjadi. Tidak, aku tidak mungkin bisa menyetujui proyek ini.
“Berapa lama lagi kami harus menunggu jawabanmu?”
Pertanyaan yang semakin membuatku terdesak. Tidakkah kalian tahu bahwa ini tidak mudah bagiku?
“Kurasa hanya butuh penyesuaian selama beberapa waktu dan seterusnya akan kembali normal.” Suara yang lain ikut berkomentar.
Aku terdiam.
“Ayolah, buatlah semua menjadi mudah. Kita ini ilmuwan terbaik yang dimiliki oleh Istech.” Timpal yang lain.
Aku memberi aba-aba dengan tangan kananku. “Baiklah. Aku akan mengambil keputusan. Mohon kalian dengarkan dengan seksama. Aku, Eve Arniannisa, selaku Wakil Presiden Istech Laboratory, tidak akan pernah mencoba untuk membuat kehidupan manusia terancam.” Kataku dengan intonasi yang cukup tegas dan dalam. Tatapanku kubagikan ke seisi ruangan dan aku mendapat balasan yang tidak menyenangkan.

***

Aku tidak menyangka apa yang telah kuputuskan menjadi kontroversi. Beberapa ilmuwan terbaik yang dimiliki oleh Istech lebih memilih mengundurkan diri karena merasa sudah tidak sejalan dan tidak terima akan keputusanku. Buruknya, berita ini sampai di telinga ayah dan tak berapa lama ayah memanggilku.
Perdebatan sengit di antara kami terjadi di ruang kerjanya yang di isi oleh peralatan super canggih yang hanya di miliki oleh Istech Laboratory. Semuanya hasil dari kerja Istech selama ini. Kembali ke ayah, aku mencoba untuk membuat ayah mengerti mengapa aku membuat keputusan itu. Manusia mana yang ingin hidupnya di muka bumi ini terancam karena ada orang lain yang mampu memegang kendali pikirannya.
“Seandainya kau setujui proyek ini, Istech bisa menarik lebih banyak investor. Kau sadar itu, Eve? Ayah memang mempercayakan proyek ini kepadamu, tapi kau tetap tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan tanpa sepengetahuan ayah. Seharusnya kita diskusikan sebelum kau membatalkan proyek ini.”
“Aku mengerti ayah, tapi bukankah ayah selalu mengajariku untuk bisa menjadi seseorang yang tidak pernah mau berkompromi dengan sesuatu yang sudah jelas-jelas mengancam kehidupan seseorang? Rules of Istech Laboratory. Menjual Istech kepada pihak asing yang sebenarnya tidak benar-benar tahu ilmu itu apa? Mereka di luar sana hanya mementingkan nilai yang bisa menguntungkan mereka tanpa mau melihat apa yang sebenarnya menjadi permasalahan dunia.”
“Kau terlalu mengedepankan ideologimu. Di sini, yang kita lakukan adalah bekerja untuk menemukan hal baru untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di muka bumi, bukan untuk melawan arus dengan memusuhi perbedaan yang ada.”
“Ayah, bisakah kita memandang dari apa yang sudah terjadi sebagai bukti? Mereka memiliki ilmu bukan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di muka bumi, tapi lebih mengedepankan apa yang bisa menguntungkan mereka. Cobalah untuk memahami itu!”
“Kau mau mengatakan bahwa proyek ini bisa merugikan banyak pihak? Apa menurutmu dengan kita menciptakan VERO, Virtual Embodiment and Robotic Object , ini bisa mengusik kelangsungkan hidup manusia? Tidak akan ada hal yang merugikan bila kita mel …”
“Maaf bila aku memotong ucapan ayah, tapi tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan manusia yang sesungguhnya sekalipun kita bisa mengendalikannya. Coba ayah bayangkan bila kita benar-benar menciptakan VERO, apa yang akan terjadi? Setiap orang memiliki kendali atas segala sesuatunya hingga waktu yang akan menjawab kapan kepunahan manusia di muka  bumi ini akan terjadi.”
Ayah berusaha menelaah ucapanku. “Kita bisa menyempurnakan VERO dengan tetap memberi pusat kontrol yang hanya dimiliki oleh Istech. Semua bisa kita kendalikan hanya dengan menjentikkan jemari di sini, di Islamic Technology Laboratory.”
Aku membuat jarak dengan ayah. “Aku tahu …” aku merendahkan suaraku. “… tidak ada yang tidak mungkin di Istech. Aku begitu cinta dengan ilmu pengetahuan. Aku dibesarkan di lingkungan yang begitu memuliakan ilmu pengetahuan atas dasar Ketuhanan. Aku ingin menciptakan sesuatu yang bisa membuat umat manusia di muka bumi ini bersatu. Tapi aku sadar bahwa ada yang lebih berkuasa atas segala sesuatunya. Selama ini kita tidak pernah memperdebatkan hal yang sudah menjadi kodratnya. Istech berdiri bukan semata untuk membuktikan keselarasan ilmu pengetahuan dengan keyakinan, melainkan lebih dari itu. Kekuasaan-Nya. Ayah, aku memahami maksudmu, tapi izinkan aku untuk menyempurnakan VERO dengan caraku sendiri, dengan bantuan rekan-rekan yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Istech. Aturan Tuhan.”
Ayah mengangguk-anggukan kepalanya. “Baiklah.” Suara ayah terdengar berat. “Ayah percaya padamu. Kau memang begitu mirip dengan wanita yang begitu kucintai setelah ibuku, wanita yang telah melahirkanmu, dua puluh lima tahun yang lalu …” tutur ayah dengan berkaca-kaca.
Aku menundukkan kepalaku. Ya, aku memang selalu mengingat pesan ibu. “Sekuat apapun kita membuat sesuatu dengan sempurna, tetaplah Ia yang Maha Sempurna atas segala penciptaan-Nya.”

***

Hari ini, aku mengundang beberapa relasi Istech. Ini adalah hari yang begitu bersejarah. Kuharap, Istech kembali menorehkan sejarah di mata dunia. Selama ini, dunia selalu mengapresiasi ciptaan Istech, mulai dari Ear Sensor V, i-Heart G-V, Manjaniq Express, sampai ciptaan yang belum lama diluncurkan, yakni Qur’an Brainwashing, semacam alat untuk membantu mengembalikan memori manusia seperti semula dengan metode Qur’ani. Dan kini, Istech kembali ingin mencetak sejarah dengan peluncuran VERO V (Virtual Embodiment and Robotic Object V).
Semua mata tertuju kepadaku. Mereka terlihat tidak sabar melihatku mempresentasikan VERO V. Kuredupkan penerangan di ruangan ini dengan Eye Sensor. Kemudian, kunyalakan sebuah layar datar besar yang tepat berada di belakangku dengan sebuah sentuhan kecil pada chip yang kusisipkan di blazer hitam yang kukenakan. Hybrid Filter Screen, teknologi layar sentuh 4D yang dikendalikan oleh Tearshand Control.
Suara salam menggema sebagai pembuka yang begitu kental dengan nuansa Islami yang merupakan bagian dari protokol Istech Laboratory yang pertama. Kulanjutnya dengan memberikan sedikit pengantar mengenai apa yang akan kupresentasikan. Ayah tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dariku, berusaha menilai penampilanku di depan banyak mata yang ke semuanya adalah tamu kehormatan Istech.
"Sesungguhnya telah Allah datangkan sebuah Kitab berisi Ilmu Pengetahuan (Teknologi Al-Qur'an) kepada kita semua, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman".[1] aku memulai presentasiku dengan memperlihatkan VERO V. decak kagum terdengar begitu vokal. Aku tersenyum puas. Kuarahkan pandanganku ke ayah. Ayah menganggukkan kepalanya seraya tersenyum bangga padaku.
“Perkenalkan …” aku melapangkan tangan kananku ke arah VERO V. “VERO V (Virtual Embodiment and Robotic Object V). Sebuah robot pintar kelima yang diciptakan oleh Istech Laboratory. Penambahan ‘V’, selain untuk menunjukkan identitas penciptaan robot itu sendiri, juga berarti sebuah lambang ‘peace’ atau ‘perdamaian’, juga sebagai sebuah simbol Ketuhanan, Rukun Islam. Jelas bahwa robot pintar ini diciptakan untuk menyelaraskan kehidupan umat manusia. Bila tombol yang tepat berada di kening robot ini di tekan sekali, maka robot akan mulai menduplikasi apa yang ada di pikiran kita dengan bantuan dari sebuah sensor sidik jari yang menyentuhnya. Bila di tekan dua kali, maka sensor akan berhenti menduplikasi. Perlu digaris-bawahi bahwa penduplikasian ini melalui proses filterisasi. Hanya energi positif yang ada di pikiran kita sajalah yang mampu di-decoding sesuai dengan memori yang sudah disisipkan dan diprogram di robot pintar ini.”
“Robot perdamaian yang terlihat begitu cantik.” Puji salah seorang tamu kehormatan yang kuketahui bernama Hilman. Pemuda yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata hingga ia dipercaya untuk mengelola Royal House Laboratory. Sebuah laboratorium ternama di negeri ini yang memiliki konsentrasi pada peralatan rumah tangga tercanggih abad 21. Sayangnya, di mataku ia hanyalah seorang android playboy. Julukanku untuk lelaki pencinta gadget itu karena ia begitu senang menawan hati wanita mana pun yang ia sukai.
“Aku suka presentasimu. Sejauh analisaku, VERO V ini seperti programmable automation yang pernah diciptakan oleh Corp C. Laboratory yang bisa menduplikasi pikiran-pikiran positif hingga mampu mencegah negative feedback yang akan terjadi. Robot pintar besutan CCL itu mengadopsi rangka hidrolik Vinci yang memang harus diakui belum ada tandingannya hingga saat ini.”
“Tapi maaf, analisa anda sangat keliru. Terobosan Istech ini memang menggunakan rangka hidrolik layaknya robot pintar yang pernah diciptakan oleh CCL, tapi kami bukan mengadopsi rancangan da Vinci, melainkan mengadopsi sebuah maha karya insinyur Muslim yang begitu brilian,   Al Jazari.”
“Al Jazari?” pertanyaan itu muncul ke permukaan. Seisi ruangan saling berpandangan dan mengerutkan keningnya masing-masing.
“Al-Shaykh Rais al-Amal Badi al-Zaman Abu al-Izz ibn Ismail ibn al-Razzaz al-Jazari, seorang ilmuwan yang unik, tak tertandingi kehebatannya, menguasai ilmu yang tinggi, dan bermartabat di zamannya, di abad ke-13 M. Hampir keseluruhan dari penciptaan VERO V, kami adopsi dari maha karyanya yang disempurnakan oleh beberapa ahli teknik di bawah kepemimpinan tiga raja Dinasti Artuqid. Sosok yang selama ini tenggelam dalam peradaban, tapi berusaha dimunculkan kembali dengan kehadiran Istech di tengah-tengah peradaban modern kini.” Kataku dengan bangga. Hatiku bergetar kala menguraikan apa yang kuketahui tentang sosok yang dikenal sebagai Bapak Teknik Modern itu.
Seluruh tamu kehormatan yang sekaligus merupakan relasi dari Istech Laboratory pun tak henti mengajukan beberapa pertanyaan. Kujawab dengan jelas dan singkat yang paling tidak bisa menjawab rasa penasaran mereka.
“Dengan Self Operating System, kami menyempurnakan VERO V dengan harapan mampu menciptakan perdamaian dunia yang setiap umat manusia idamkan selama ini. Tidak ada lagi perpecahan, permusuhan atau pun peperangan dalam konteks perbedaan. Ini telah kami program dengan bantuan sebuah chip yang hanya ada satu di dunia ini, Onepeace Modulator Chip. Sistem kerjanya sudah ada dalam modul yang saat ini berada di meja anda semua.”
“Lalu bagaimana dengan landasan Istech selama ini? Sekalipun kami sudah mengetahui tokoh yang Istech adopsi untuk menciptakan VERO V?” pertanyaan menarik yang menyentakkan seisi ruangan.
Dengan santai kupandangi wajah mereka satu per satu. Perang pemikiran yang terjadi saat ini. Ayah berusaha untuk mengendalikanku dengan bisikan untuk menghentikan presentasiku ini agar tidak terjadi perdebatan berkepanjangan. Aku berusaha meyakinkan dan menenangkan ayah.
“Al-Jami Bain al-Ilm Wal ‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal (The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices) adalah salah satu buku koleksi Istech Library. Salah satu buku yang kami jadikan sebagai panduan di samping AlQur’an, kitab suci umat Islam.”
“Hmm … menarik … keselarasan ini memang menjadi khas dari Istech.” Seru yang lain. “Lalu, apa yang menjadi acuan Istech untuk membuat VERO V dengan wujud seperti ini?”
 “Sengaja kami membuat VERO V ini dengan bentuk dan penampilan yang berbeda dari robot pintar lainnya agar tidak menyerupai bentuk dari manusia. Ini karena Istech tidak ingin membuat sesuatu apapun yang bersifat menandingi ciptaan-Nya. Jika kamu harus melakukannya (menggambar), maka gambarlah pohon dan sesuatu yang tidak mempunyai ruh. Sebuah hadist yang juga menjadi landasan kami. Keselarasan yang begitu sempurna.’’[2]
“Presentasi yang cantik …” tepuk tangan terdengar riuh ke seisi ruangan. “Istech memang benar-benar telah mencetak sejarah baru …”
Aku menatap ayah dalam-dalam. Ada rasa bangga pada diriku sendiri. Inilah kekuasaan-Mu. Aku hanya menjadi perantara untuk membuktikan bahwa Kau begitu sempurna dalam menciptakan kami hingga kami bisa menggunakan kecerdasan yang kami miliki untuk menunjukkan kebesaran-Mu.

***

Menciptakan perdamaian memang tidak mudah. Dengan beragam latar belakang yang berbeda, dengan segala keunikan setiap manusia, semua menjadi sebuah kekompleksan yang patut untuk kita pahami maknanya. Melihat ke luar jendela dengan keberagaman yang ada.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.[3]
Perbedaan merupakan sunatullah, namun tidak berarti kita tidak bisa bersatu. Warna yang berbeda saja bisa menjadi sebuah pelangi cantik yang menghiasi langit bila bersatu. Bagaimana dengan manusia yang memiliki berjuta perbedaan dijadikan satu?
Sesungguhnya Allah menjadikan perdamaian sebagai tanda penghormatan bagi umat kami dan keamanan bagi ahli Dzimmah kami.[4]
Keberadaan VERO V yang diciptakan oleh Istech menjadi salah satu pelopor perdamaian umat manusia di dunia. Layaknya Piagam Madinah (al-sahifah al-madinah) yang menjadi instrumen penting atas kelahiran sebuah institusi yang berorientasi pada perdamaian dan kebersamaan, VERO V diharapkan mampu mengontrol jiwa-jiwa manusia dengan kecintaan dan rasa kasih sayang yang lebih dominan dari rasa benci dan penyakit hati lainnya yang mampu memecah keharmonisan hubungan setiap insan.
Memahami rasa keberagamaan (sense of religiousity) menjadi pilar penciptaan VERO V. Inilah yang di kedepankan oleh Istech sebagai sebuah laboratorium yang menjadikan AlQuran dan Sunnah sebagai pedoman dasar.
Mampu berdampingan di tengah perbedaan pemicu perdamaian adalah visi misi VERO V di muka bumi.    VERO V  hadir dengan memberikan penguatan akan sebuah  prinsip kasih sayang (mahabbah), kebersamaan (ijtima‘iyah), persamaan (musawah), keadilan (‘adalah), dan persaudaraan (ukhuwah), serta menghargai perbedaan.

Inilah catatanku hari ini. Kau yang telah menyemangatiku dalam diammu. Kau yang telah memberiku sebuah mimpi yang didasari oleh hati. Dari perdamaian diri, tumbuh menjadi sebuah ketenangan yang hakiki dan akan berkembang menjadi cinta di hati. Sepertimu yang mendamaikan diriku, menenangkan jiwaku dan kini tengah menyemai cinta dalam kalbuku. Sungguh, aku begitu merindu … merindukan kehadiranmu …
VERO V
Kuberharap keberadaannya menjadi penyatu, bukan sebagai pembelenggu orang yang meragu …
Menjadi media yang mampu merekatkan kerenggangan akan sebuah hubungan setiap manusia agar tidak menjadi kenangan yang mudah untuk menghilang …

***

“Eve Arniannisa …”
Hatiku bergetar kala ia menyebut namaku. Dua lelaki yang begitu kucintai kini berada tepat di hadapanku. Bulir airmata menutupi rona wajahku yang tersorot lembayung senja. Aku tak menyangka rasa cinta yang selama ini kucoba ungkapkan dalam diam, berbuah indah.
“Aku sudah mengantongi restu dari ayahmu. Bila selama ini aku memilih pergi jauh darimu untuk menjaga hatiku dari belenggu cintamu, kini aku datang dengan perdamaian. Layaknya VERO V yang telah kau sempurnakan, maukah kau ‘mendamaikan’ hatiku, selamanya?”
Betapa rasa itu membuncah hebat, penuh semangat. Lelaki paruh baya yang kurasa patut mendapat penghargaan sebagai ayah terbaik menyunggingkan senyum termanisnya.
“Ayah telah tertular virus perdamaian yang dibawa oleh VERO V. kehadiran VERO V mampu memberi cinta dan kasih sayang sesuai dengan porsinya. Pergilah dengan cinta sejatimu, biarkan ayah dan VERO V melanjutkan tugasmu, untuk meneruskan diri sebagai agen perdamaian bagi umat manusia yang ada di seluruh dunia.”
Aku memeluk ayah. Hijabku berkibar diterpa angin senja. Mentari yang setengah tenggelam menjadi saksi betapa aku begitu terharu dengan rencana-Nya yang selama ini begitu kurindu. “Aku mencintai ayah …”
Ken mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit senja yang menjanjikan kenyamanan dan ketenangan.

***

“Aku berharap tidak terlambat untuk datang mengikat hatimu. Kucoba tepiskan keraguan dengan menyelami rasaku dalam-dalam. Ternyata, aku memang benar-benar mencintaimu.”
Aku tersenyum malu. Kehalalan hubungan kami membuat kami semakin pandai dalam memaknai rasa cinta dan kasih sayang. “Sepertinya VERO V bekerja dengan baik dan sesuai dengan kontrol Istech.”
“Bukan. Mungkin kehadiran VERO V bisa menjadi pemicu perdamaian di hati setiap insan, tapi aku tahu bahwa kau menyempurnakan VERO V bukan untuk itu karena kita semua tahu bahwa cinta dan kasih sayang tumbuh dari hati, sementara kita mengetahui bahwa VERO V tidak memilikinya. Mana mungkin sebuah robot pintar mampu menjadi kontrol cinta dan kasih sayang antar manusia di muka bumi ini.”
Aku bertambah kagum dengan sosok Ken yang kini telah menjadi pendampingku. “

“Ken …”
“Hmm …”
“Kenapa kau memilih untuk pergi?”
“Pergi untuk menjaga hati. Pergi sementara untuk bahagia selamanya …”
Aku tersipu malu.
“Apa aku yang telah menjadi inspirasimu?”
Aku mengangguk pelan. “Ya. Aku ingin VERO V memanggil namamu untuk kembali kepadaku. Kembali untuk menyatakan perasaannya kepadaku … hanya kepadaku …”
“Bagaimana kau bisa begitu yakin aku memiliki perasaan terhadapmu?”
“Bukankah hati tak bisa menipu sekali pun pandangan begitu malu?” kataku sambil menatap kedua bola matanya.
“Terima kasih untuk keyakinanmu kepadaku …”
“… karena dengan keyakinanku, aku bisa menemukanmu …”
Ken memelukku. “Tetaplah menjadi VERO bagi hatiku yang selalu mendamaikan, menenangkan dan menyemai cintaku … satu … hanya untukmu …”
“Simpanlah hatiku dalam laci terdalam di rongga hatimu agar aku selalu terkunci akan cintamu yang satu … hanya untukku …” aku membalas pelukan Ken.

Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.”[5]

Hanya manusia yang mampu mendamaikan dunia dengan cinta-Nya karena hanya manusia yang memiliki hati untuk mencinta …

VERO V
Hanya sebuah simbol cinta, bukan untuk menebar cinta …


Kepunahan manusia hanya tinggal menunggu waktunya. Sadarilah itu dengan tetap menjaga perdamaian dunia …

… SAVE …

Kekuatan Islam di mata dunia …
Bukan tidak mungkin ISTECH berjaya …


Sir George Bernard Shaw (1936):
 "If any religion had the chance of ruling over England and Europe within the next hundred years, it could be Islam. I have always held the religion of Muhammad in high estimation because of its wonderful vitality. It is the only religion which appears to me to passes that assimilating capacity to the changing phase of existence which can make itself appeal to every age. I have studied him - the wonderful man and in my opinion far from being anti Christ, he must be called the savior of humanity."[6]
… Islamic Technology Laboratory …
Slice of Life : SAVE
By Shafiqah Adia Treest



[1] QS. Al A'raaf : 52
[2] HR.Muslim : 3945
[3] Ar-Rum : 22
[4] Fiqih Sunnah Jilid 3 hal 340
[5] QS. Maryam : 96
[6] novelis, kritikus, esaias, politikus, dan orator Irlandia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar