Sesudah kembali dari bekerja, Dewi
langsung merebahkan badan ke kasur. Walaupun kamarnya berantakan, pengap dan
sesak ia tak hiraukan. Ia terlalu lelah, yang ada dalam pikirannya hanya ingin
istirahat, agar besok ia bisa bekerja lagi.
Waktu istirahat begitu cepat
berlalu, jam weker yang berada dimeja berbunyi melengking membangunkan Dewi.
Sudah jam lima..!, waktu seperti di gerakan oleh sesuatu yang memaksa. Ia
segara mandi dan sholat.
“Astagfirullah, aku lupa lagi ke tukang jahit untuk menjahitkan beberapa
rokku..”gumam Dewi
Keadaan yang tidak pernah berubah
dari pertama kali mengenek sampai sekarang, rok yang ia pakai selalu sobek.
Perjalanan menuju ke tempat ia
bekerja, hatinya bersenandung gundah gulana, ia memikirkan sitohang, berharap supirnya
itu mengerti dan tidak memarahinya karena hanya telat nembak. Sampai
dipangkalan, ia berlari kecil, temannya Abdul meneriaki Dewi.
“Cepat wi ,sitohang sudah marah-marah..!” teriak Abdul
Mendengar Abdul, ia langsung mengencangkan
larinya. Hatinya berdebar debar ketakuatan, beberapa kali ia membenarkan jilbab
semampai pinggangnya yang kemarin ia bekas pakai, bau kecut dan dekil. Entah apa
yang akan terjadi terhadapnya, ia seperti kembali membangunkan macan dalam tidurnya.
“Yahh ini semua salahku..!”, Dewi dalam hati dengan nafas yang
terengah-engah
“Dewi….!!!” jeritan sitohang itu melengking tajam membelah udara,
jeritan yang sering ia dengar setiap pagi
“Ya ,ana1 salah,bang..afwan2 bang..!”kataku,suaraku
gemetar ketakuatan
“ana afwan ana afwan, ana eno eee, ayo langsung tancap..!” Sitohang
kesal
Metromini
jurusan semper terminal senen yang dikendarai Sitohang, melintas kencang. Dewi
di pintu belakang sesekali mengacungkan tangannya ketika melihat orang-orang
yang melihat ke arahnya. Lalu setiap ada penumpang yang mau menggunakan jasa
metromininya, Dewi membunyikan kaca dengan uang logamnya.
“tek..tek..tek..!”
Hari ini cuaca
mendung, penumpang tidak banyak seperti biasanya bisa dikatakan sedikit sepi.
Saat itu metromini ngetem di persimpangan pasar menunggu penumpang. Dewi dengan
mata celingukan mencari-cari penumpang. Namun terlepas dan pikirannya jauh
terlintas kembali oleh masa lalunya,yang menyedihkan.
*****
Ketika mengingat masalalunya, ia
seperti membalikan tangannya diantara mimpi dan nyata. Tepatnya Dua tahun yang
lalu ketika ia bekerja di salah satu hotel di Jakarta sebagai recepsionis. Jauh
lebih berbeda dengan keadaan sekarang. Keadaannya berubah drastis dari bekerja
di ruang berAC sampai bekerja hujan-hujanan dan kepanasan.
Namun hatinya jauh lebih tenang
karena ia kembali pada jilbabnya, yang sempat ia gantung karena tuntutan
pekerjaan sebagai recepsionis. Sebelum ia putuskan sebenarnya ia sudah
diingatkan oleh seseorang yang mempedulikannya, Irwan sekaligus manager hotel
dimana Dewi bekerja dulu.
Dewi adalah lulusan terbaik SMK
pariwisata di Jakarta, ibunya sudah lama meninggal. Sebulan setelah
kelulusannya, ayahnya tidak bekerja lagi karena sakit. Karena mencari pekerjaan
begitu sulit, akhirnya ia merelakan menggantugkan jilbabnya untuk menjadi resepsionis.
“Sabar , tunggu sebentar lagi, kamu pasti mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik tanpa menggantungkan jilbabmu..!” pungkas Irwan
“Sampai kapan kamu membiayai semua itu mas, aku merasa tak enak..” Dewi
dengan nada sedih
“Tak perlu tak enak seperti sama siapa saja, aku ini kan calon
suamimu..”jawab Irwan
“Aku mencintaimu, tapi aku belum siap untuk menikah..”Dewi dengan nada
menggantung
“Lantas kamu akan teganya melepas jilbabmu yang sudah kamu kenakan dari
SD itu.., Jika ayah tahu pasti ayah pun tak mengijinkan..”Irwan mencoba
membujuk Dewi
“Aku tahu, jangan sampai ayah dengar, ini rahasia..”jawab Dewi memelas
Ia mengenal Irwan sudah lama, mengenalnya
lewat jejaring sosial. Kesan pertama melihatnya, ia begitu tampan, berbadan tegap, berkulit
putih, hidung mancung dan kharismatik yang mempesona. Seorang manager hotel
dimana Dewi bekerja menjadi recepsionis. Dewi bisa bekerja di hotel pun karena
irwan, meski begitu ia harus menelan ludah melihat calon isterinya melepaskan
jilbab. Karena ia tidak mempunyai wewenang
mengenai peraturan pegawai.
Pertama kali masuk bekerja Dewi
sangat bahagia karena ia bisa bekerja di salah satu hotel terelite di Jakarta.
Meski ia mempertaruhkan jilbabnya, waktu itu ia dipanggil oleh pemilik hotel.
Pemiliki hotel itu bernama ibu Monik, serasa aneh ketika dipanggil langsung
oleh pemilik hotel. Namun saat itu Dewi tidak terlalu memikirkannya.
“Siapa namamu..?” Monik menayakan
“Dewi Sabrina..?” Jawab Dewi
“Kamu benar saudara Irwan..? Monik dengan wajah sedikit ragu
“Iya, saya saudara Bpk. Irwan, bu memang kenapa bu..? Dewi bohong
“Oh, begitu tidak apa-apa, ya sudah kamu kembali bekerja..!. jawab
Monik
Disekitar hotel tidak ada yang
tahu bahwa Dewi adalah calon isteri irwan, jangankan calon isteri kalau mereka
mempunyai hubungan dekat pun mereka tidak tahu. yang mereka tahu Dewi adalah
saudara dari Irwan.
Ini memang permintaan Irwan,
sebelum Dewi dipekerjakan di hotel. Dan Dewi menyetujuinya.
Namun setelah tiga bulan bekerja
menjadi recepsionis, meskipun hubungan dekat Dewi dengan Irwan aman terkendali.
Tidak ada satupun yang tahu. Meski begitu masalah timbul pada diri Dewi yang
kerap cemburu melihat kekasihnya diidam-idamkan oleh teman-teman kerjanya.
Ketika
itu Irwan melintas di depan lobby, tiba-tiba temannya berbicara dengan volume
kecil pada Dewi.
“Wahhh.. Bpk. Irwan benar-benar tampan sudah begitu tipe pria yang
ramah..!, beruntung sekali perempuan yang ia cintai..!”Reny memuji
“Benar, beruntung sekali..” Dewi
dengan senyum memaksa
“Andai bu monik tidak menyukai Bpk irwan, pasti saya sudah
mengejar-ngejarnya..” Renny dengan muka sinis.
“Apa kau bilang..?”Dewi kaget
“Iya, Bu monik tante-tante itu
menyukai saudaramu..?” Reny menjelaskan sedikit kesal
Mendengar Reny berbicara seperti
itu, Dewi semakin panas dalam hatinya menduga-duga bahwa Irwan mempunyai
hubungan serius dengan Bu Monik..
“Pantas saja ia menyuruhku untuk diam
mengenai hubungan dekat ini..!”Dewi
Lalu
ia berfikir ulang lagi..
“Hmmmm pantas saja bu monik memanggil saya
saat pertama kali bekerja sekedar menanyai saudara irwan atau bukan, hmm
benar-benar kamu mas..!” Dewi membatin
Setelah mendengar kabar tersebut,
Dewi hanya diam. Namun semakin hari ia merasa banyak masalah yang bergulir yang
sulit ia pecahkan. Setiap malam ia kerap gelisah, susah tidur. Memikirkan
masalah-masalah itu.
“Memang benar cemburu itu menguras hati. Tapi kenapa mas irwan
menyembunyikan semua ini..!”
Ia cemburu setiap teman – temannya
menggodainya , ditambah lagi dengan gossip beredar bahwa irwan mempunyai
hubungan sangat dekat dengan Monik.
Dan setiap ia tanyakan masalah hubungannya dengan Monik. Irwan selalu mengelak dan tak mengakuinya, justru membuatnya lebih buruk bukan lebih baik. Setiap harinya ia selalu di kejar kejar dengan perasaan yang tak menentu bimbang.
Entah kabar dari mana, akhirnya Monik
mengetahui hubungan Dewi dengan irwan. Irwan di pecat karena ia lebih memilih
Dewi daripada pekerjaanya, ini memang pembuktian bahwa diantara Irwan dan Monik
tidak ada hubungan apa-apa. Kecuali cinta bertepuk sebelah tangan Monik.
Setelah Monik mendengar keputusan
Irwan, justru Monik menawari Dewi tetap bekerja. Dan keputusan konyol Dewi
adalah tetap bekerja di hotel Monik.
Malam-malamnya Irwan ke rumah Dewi
untuk menyuruh berhenti bekerja dari
hotel monik. Bahkan ia mengajak Dewi
menikah, tapi Dewi malah menolaknya.
“Aku belum siap menikah mas, aku ingin sukseskan karirku.. kasihan
bapak kalau aku berhenti bekerja..!” Dewi memelas
”Aku sudah menawarkan hal yang terbaik untukmu,masalah pekerjaan rizki
Allah sangat luas wi, apa kamu sudah memikirkan hal terburuk jika kamu masih
tetap bertahan bekerja dengan Monik..!” Irwan kesal
“Insya Allah tidak mas..”Dewi dengan tegas
“Kamu benar-benar berubah wi, bukan Dewi yang dulu yang jauh lebih
mengenal tentang kehidupan..”Irwan
“Kehidupan apa..!”jawab Dewi
“Kau sudah tak mengenali kehidupan semenjak kau melepas jilbabmu..”
Jika ingat hal itu batinnya
sedikit meringis menahan sakit. Melepaskan jilbab demi karir, ayahnya yang
sakit yang kerap dibuat alasan untuk bertahan bekerja dengan Monik akhirnya ia
dipanggil Allah. yang lebih menyesakkan hatinya, ayahya meninggal karena
terserang jatung mendengar Dewi bekerja sebagai perempuan penghibur di sebuah
hotel. Semua itu karena ia melepaskan jilbab demi karirnya yang menjulang
tinggi.
Namun setelah ayahnya meninggal ia
seperti kembali mengenali arti kehiduapan yang sebenarnya. Jilbabnya yang sudah
ia gantung setahun lebih itu, ia kembali mengulurkan jilbabnya hingga pinggang.
Ia pun meninggalkan pekerjaan sebagai resepsionis.
*****
“Hheh
bengong aje neng, ada penumpang tuhh…” seorang penumpang menganggetkannya
Ia tersadar dari masa lalunya yang
begitu kelam..
*****
Sore itu ia sudah pulang, ia
berencana untuk menjahitkan rok-roknya yang sobek ke tukang jahit.
Tukang jahit langgannya yang dekat
rumah sudah pindah, akhirnya ia pulang mengambil sepeda bututnya untuk mencari
penjahit baru.
“Tidak bisa ditunda lagi, semua rokku
sobek semua,..” dalam hatinya
Ia kayuh sepeda itu dengan sisa
tenaganya, sebentar lagi mau magrib. Maka ia mengayuhnya dengan sedikit
terburu-buru, sesekali ia mengusap keringat yang mengalir di keningnya dengan
jilbab panjangnya.
Setelah mencari-cari akhirnya ia
menemukan penjahit dalam gang sempit dan tempatnya tidak strategis. Seorang
Pria usianya masih mudah sekitar dua puluh delapan tahuan, berkaca mata. Namun
ada yang membuat sedikit menarik perhatian yaitu kaki kirinya diamputasi.
“Mas, saya mau menjahit rok yang
sobek, bisa di tunggu sekarang..?”Dewi
“Bisa, tapi ini sudah mau margib mungkin saya jahitkan setelah
magrib..”Pria itu menjawab tanpa menoleh
“Baiklah saya tunggu, maaf mas
masjid didekat sini dimana yah..?” Dewi
“ Masjid disini jauh, kalau mau shalat dirumah saya saja..” Pria itu
tanpa menoleh langsung masuk kedalam rumah sedikit kesusahan
Lalu Dewi beranjak mencoba
menuntunnya kedalam,
“Bisa saya bantu mas..” Dewi
“Tidak usah, terima kasih..” sambil menoleh Dewi
Wajah itu seperti dingatkan kembali
kepada masa lalunya kelam, melihat wajah itu antara kesempatan dan penyesalan.
“Mas irwan, mas irwankah ini..?” Dewi kaget
“Dewi..!” Irwan
“Kamu Dewi..” Irwan
“Iya aku Dewi mas..!” Dewi menitihkan air mata antara suka dan duka
Sebelum mereka bercerita panjang
apa yang terjadi, mereka shalat magrib berjamaah terlebih dahulu.
“Apa yang terjadi Wi..?” Irwan
“Ayah meminggal mas..!” Dewi
menangis
“ Inalilahi Wainailahi Rojiun,
kamu sabar dan ikhlas yah semua ini ada hikmahnya..” Irwan
“Iya mas, setelah ayah meninggal
aku seperti bisa melihat kembali, setelah sekian lama dibutakan..” Dewi sambil
menusap air matanya
“Lantas apa yang terjadi mas,
kenapa dengan kakimu..” Dewi
“ Aku kecelakaan motor saat kau
memutuskan bertahan bekerja dengan monik..
“Kenapa kamu tidak memberi kabar..?”
Dewi menyesal
“Aku takut, aku takut lebih
menyakitkan lagi..” Irwan sambil membenarkan kaca matanya
Mendengar Irwan berbicara seperti
itu Dewi menangis, menyesal karena ia telah menyakiti seseorang yang
menyanyangi sepenuh hati.
“Maafkan aku mas, mas nikahi aku
agar aku bisa menjagamu setiap hari..” Dewi penuh harap
“Apakah kau tulus..?” Irwan ragu
“Iya mas…” Dewi tersenyum sambil
mengangguk mengusap air mata dipipinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar